KAJIAN TEKS KURIKULUM FISIKA
PERTEMUAN KE 3 (13 April 2012)
ASAS-ASAS KURIKULUM
-Dra. Nurulwati, M.Pd
-Siraj, S.Pd., M.Pd
Dalam
pengembangan kurikulum, banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
sebelum mengambil suatu keputusan. Apapun jenis kurikulumnya pasti memerlukan
asas-asas yang harus dipegang. Asas tersebut cukup kompleks dan tidak jarang
memiliki hal-hal yang bertentangan, karenanya harus menggunakan seleksi. Pengembangan kurikulum pada suatu
negara baik di negara-negara berkembang (developing
countries), negara terbelakang (underdevolping
cuontries), dan negara-negara maju (devoloped
countries), bisa dipastikan mempunyai perbedaan-perbedaan yang mungkin
mendasar, tetapi tetap ada persamaannya.
Falsafah yang belainan, bersifat
otoriter atau demokrasi, sekuler atau relegius akan memberi warna yang berbeda
dengan kurikulum yang dimiliki oleh bangsa yang bersangkutan. Begitu juga
apabila dilihat dari perbeadaan masyarakat, organisasi bahan yang digunakan, dan
pilihan psikologi belajar dalam mengembangkan kurikulum tersebut. Lebih lanjut
akan diuraikan empat asas pengembangan kurikulum tersebut.
1. Asas filsofis
Falsafah dalam arti sebenarnya cinta
akan kebenaran, yang merupakan rangkaian dari dua pengertian, yakni philein (cinta) dan shopia (kebajikan). Dalam batasan moderen, filsafat diartikan
sebagai ilmu yang berusaha memahami semua hal yang muncul didalam keseluruhan
lingkup pengalaman manusia, yang berharap agar manusia dapat mengerti dan
mempunyai pandangan menyeluruh dan sistematis mengenai alam semesta dan tempat
manusia di dalamnya. Intinya, manusia merupakan bagian dari dunia.
Pandangan menyeluruh dan sistematis yang diharapkan dapat dikuasai oleh
manusia adalah lebih dari sekedar pengetahuan. Barangkali yang dimaksud dengan
dikuasai disini adalah pengetahuan itu sendiri dan juga, menemukan adanya saling-hubungan
dan pertalian semua unsur hingga pada akhirnya akan ditemukan adanya unsur
kebajikan.
a) Falsafah Bangsa
Setiap
negara didunia ini, baik negara berkembang maupun negara maju, memiliki
falsafah atau pandangan pokok mengenai pendidikan. Setiap individu memiliki
pandangan tertentu mengenai pendidikan yang kadang tidak sama dengan pandangan
umum. Keberadaan kurikulum adalah untuk memelihara keutuhan dan persatuan
bangsa dan negara. Persoalannya, bagaimana berupaya menyatukan beragam
pandangan yang ada pada masyarakat ke dalam suatu kerangka pemikiran yang konsisten
dalam upaya menyokong proses pengembangan kurikulum yang dapat disetujui oleh
semua kalangan.
Agaknya, memang tidak mudah
menciptakan falsafah pendidikan yang dapat diterima semua pihak. Kondisi
masyarakat menyangkut suku, agama, golongan, kepentingan politik tertentu akan
turut menpengaruhinnya. Namun, bagi bangsa indonesia, persoalan falsafah
pendidikan bukanlah persoalan, mengingat pancasila UUD 1945 telah diterima
secara resmi menjadi filsafat dan dasar Pendidikan Nasional. Keberadaan
filsafat pancasila telah diterima oleh semua pihak, bahkan tidak bertentangan
dengan filsafat pendidikan islam atau filsafat pendidikan (agama) lain.
Keberadaan falsafah pancasila harus
dijadikan kerangka utama (mainstream)
dalam mengontrol pelaksanaan lembaga-lembaga pendidikan pada suatu negara,
karenanya keberadaan filsafat tersebut akan mempengaruhi semua kebijakan dan
keputusan dalam pengembagan kurikulum. Dengan demikian, pelaksanaan lembaga
pendidikan pada tingkat tertentu masih merupakan kelanjutan atas tingkat
pendidikan sebelumnya, yang menggambarkan pencapaian tingkat pendidikan
nasional, sejak jenjang pendidikan dasar (SD/MI), menengah (SMP/MTs, SMA/MA)
dan perguruan tinggi (PT/PTAI), dengan tetap berdasar pada filosofi pancasila.
b) Falsafah Lembaga Pendidikan
Pancasila merupakan falsafah nasional yang tegas dan telah diterima oleh
segenap bangsa Indonesia. Dalam konteks pendidikan, pancasila dijadikan pedoman
bagi lembaga pendidikan unntuk mengembangkan falsafah atau pandangan
masing-masing sesuai dengan misi dan tujuan nasional serta nilai-nilai
masyarakat yang dilayaninya. Tiap lembaga pendidikan, sebagai contoh UIN/IAIN,
mempunyai misi yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional, namun
tiap UIN/IAIN bisa jadi mempunyai sesuatu yang khas yang ada perbedaannya
dengan UIN/IAIN di daerah lain.
c) Falsafah Pendidikan
Adanya
pengetahuan tentang falsafah lembaga pendidikan dimana dia bertugas menjadi
suatu pokok. Keberadaan falsafah membuat seseorang pendidik dituntut untuk
selalu relevan dengan falsafah yang berlaku, sebagaimana dirumuskan dalam
kurikulum yang ditetapkan lembaga pendidikan itu.
Dalam operasional kurikulum, peran
pendidik memang sangat penting. Ia selalu terlibat dan karenanya peran
falsafahnya dalam perencanaan, pengorganisasian, dan penyampaian pelajaran
merupakan suatu hal yang menentukan tercapainya tujuan pendidikan yang
dirumuskan dalam kurikulum sekolah bersangkutan. Akan sangat tidak berarti
suatu kurikulum yang baik jika pendidik memiliki falsafah yang berbeda dalam
memahami, menafsirkan dan melaksanakan kurikulum tersebut. Jadi, dalam konteks
operasional kurikulum, pendidik merupakan pemengang peran utama.
Pengembang (developers)
kurikulum perlu menyadari kemungkinan adanya falsafah berbeda yang dimiliki
para pengajar. Fanatisme terhadap
suatu aliran filsafat akan bisa menghambat proses belajar mengajar atau tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Dengan demikian, seorang
pendidik harus betul-betul memahami keberadaan suatu kurikulum dan kaitannya
dengan hal lain. Mementingkan filsafat sendiri secara menonjol tidak hanya akan
merugikan anak didik, tetapi juga melenceng dari proses pengajaran dengan
tujuan pendidikan yang berlaku atau tujuan kurikulum dari lembaga tersebut.
Keberadaan falsafah seorang pendidik memang sangat berpengaruh terhadap proses
belajar mengajar. Oleh karenanya, seorang pendidik mesti profesional. Pendidik profesional secara implisit selalu
menempatkan dirinya untuk menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan
yang dipikul orang tua. Orangtua pun sangat mengharapkan anaknya untuk memiliki
pendidikan yang baik dan profesional.
Nabi bersabda:
”Barang
siapa ditanya tentang ilmu kemudian menyimpan ilmunya (Tidak mau mengajarkan),
maka Allah akan mengekang dia dengan kekangan api neraka pada hari kiamat”
(Al-Hadits)
Keberhasilan anak didik menerima
ilmu pengetahuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan orangtua,
masyarakat, dan bangsa sangat ditentukan oleh falsafah pendidik terhadap
profesinya. Karena itu, dimensi filsafat perlu memperoleh perhatian serius
dalam wacana pendidikan nasional.
2. Asas Sosiologis
Asas sosiologis mempunyai peran penting dalam mengembangkan kurikulum
pendidikan pada masyarakat dan bangsa di muka bumi ini. Suatu kurikulum pada
prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita tertentu dan kebutuhan masyarakat.
Karena itu, sudah sewajarnya kalau pendidikan memerhatikan aspirasi masyarakat,
dan pendidikan mesti memberi jawaban atas tekanan-tekanan yang datang dari
kekuatan sosio-politik-ekonomi yang dominan. Berbagai kesukaran juga akan
muncul apabila kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat, seperti: militer,
politik, agama, industri, pemerintah, swasta, ekonomi, dan lain-lain,
mengajukan keinginan yang bertentangan dengan kepentingan kelompok
masing-masing. Akhirnya, sangat mungkin muncul tekanan dari sumber eksternal,
dari negara lain (terutama negara-negara maju), organisasi internasional, dan
lain-lain. Karena pada dasarnya persoalan penddikan mempunyai keterkaitan
dengan aspek lain : ekonomi, politik, dan lain-lain.
Dalam mengambil suatu keputusan mengenai kurikulum, para pengembang mesti
merujuk pada lingkungan atau dunia di mana mereka tinggal, merespon berbagai
kebutuhan yang dilontarkan atau diusulkan oleh beragam golongan dalam
masyarakat (sebagaimana diungkapkan di atas) dan memahami tuntutan pencantuman
nilai-nilai falsafah pendidikan yang berlaku.
Sangat
banyak kebutuhan masyarakat yang perlu dipilah-pilah, disaring, dan diseleksi
agar kebutuhan itu menjadi suatu keputusan dalam pengembangan kurikulum, maka
tugas pengembang kurikulum pun sangat kompleks. Menurut Abu Ahmadi dan Nur
Uhbiyati (1991:225), kompleksnya kehidupan dalam masyarakat disebabkan karena :
1.
Dalam masyarakat terdapat tata kehidupan yang beraneka
ragam;
2.
Kepentingan antar individu berbeda-beda;dan
3.
Masyarakat selalu mengalami perubahan dan perkembangan.
Kurikulum
sedapat mungkin dibangun dan dikembangkan dengan tetap merujuk pada asas
kemasyarakatan sekaligus sesuai kebutuhan masyarakat.
3. Asas Psikologis
Kontribusi psikologi terhadap studi kurikulum memiliki dua bentuk. Pertama, model
konseptual dan informasi yang akan membangun perencanaan pendidikan. Kedua,
berisikan berbagai metodologi yang dapat diadaptasi untuk penelitian
pendidikan. Meggi Ing, (1978:29). Pertanyaan tentang pengembangan mata
pelajaran, model-model, dan metodologi-metodologi itu bermacam-macam, dan
informasinya sering tidak lengkap dan berkontradiksi. Tidak terdapat
teori-teori psikologi, tetapi hanya ada studi-studi dan teori-teori dalam hal
perbedaan tingkat kecanggihan. Tidak kurang, beberapa bidang telah cukup
dikembangkan untuk menawarkan petunjuk-petunjuk kepada pendidik dan perencana
kurikulum (curriculum planner).
Dalam memilih pengalaman belajar yang akurat, psikologi secara umum sangat
membantu. Teori-teori belajar, teori-teori kognitif, pengembangan emosional,
dinamika group, perbedaan kemampuan individu, kepribadian, model formasi sikap
dan perubahan, dan mengetahui motivasi, semuanya sangat relevan dalam
merencanakan pengalaman-pengalaman pendidikan (educational experiences).
Area ilmu pengetahuan tentunya tidak selalu dipertimbangkan menjadi daerah
psikologi. Disamping studi-studi tentang pemikiran pembelajaran (learning thinking), penerimaan dan
pengingatan setidaknya menjadi pendapat yang implisit mengenai apa yang akan
diketahui (what is to ”know”). Ada
satu aksioma bahwa semua pengetahuan kita adalah pengetahuan manusia, sehingga
studi mengenai bagaimana kita menyeleksi, memproses dan menggunakan informasi
harus memberikan tidak hanya basis pendidikan, tetapi juga kontribusi untuk
mendiskusikan pada apa yang diajarkan.
Ketika berusaha mengiliminasi proses pikiran anak didik (Children’s mind), baik Jean Piage maupun Bruner menawarkan beberapa pertimbangan
atas hakikat ilmu pengetahuan.
1.
Teori-teori Belajar
Untuk merencanakan suatu
kurikulum, sangat penting memiliki teori bagaimana pembelajaran ditentukan dan
bagaimana kondisi pembelajaran menjadi pembelajaran yang lebih efisien. Berbagai
teori psikologi tentang cara belajar, setidaknya secara eksplisit, membuat
petunjuk-petunjuk akurat bagi para pendidik untuk dipraktikkan ke anak didik.
Banyak buku psikologi yang memberi petunjuk langsung kepada pendidik atau guru.
Hal ini dikarenakan tugas dan peranan
teori belajar tidak sama dengan tugas pendidik.
Dalam
tradisi ilmiah, pencarian teori digunakan untuk menjelaskan jumlah maksimum
fenomena-fenomena dengan jumlah minimal peraturan-peraturan (laws), dan itu merupakan tugas khusus
yang sulit dalam menghadapi kompleksitas kesadaran dan tingkah laku manusia.
Sebagai pendidik, kita tidak memperhatikan dengan apa sesungguhnya belajar itu,
dan kita memerhatikan perbedaan-perbedaan di antara anak didik dan juga
persamaan-persamaannya. Kita berharap bisa mendapatkan teori-teori psikologi
yang membantu kita sebagai pendidik meski tidak secara langsung.
4. Asas Organisatoris
Herbert Spencer, lebih seperempat abad yang
lalu, pernah menyatakan bahwa: What
knowledge is of most morth (pengetahuan apa yang bernilai ?). Pengetahuan
yang bernilai itu akan berarti bila mampu menentukan bahan yang serasi dengan
anak didik, setelah melalui proses penyeleksian dari bahan pengetahuan sangat
luas berkembang dari waktu ke waktu secara pesat.
Keadaan masyarakat senantiasa berubah
dan mengalami kemajuan pesat, sehingga
tentu akan memberi beban baru bagi pengembang kurikulum (curriculum developers), yang berperan sebagai pembuat keputusan (decision makers) dan memilih terhadap
apa yang harus diajarkan kepada siapa. Dalam hubungan ini, Nasution (1989:34)
menyatakan bahwa ada dua masalah pokok yang harus dipertimbangkan, yakni:
a) pengetahan apa yang paling berharga untuk diberikan bagi anak didik
dalam suatu bidang studi,
b) bagaimana mengorganisasi bahan itu agar anak didik dapat menguasainya
dengan sebaik-baiknya.
Kalau diperhatikan secara
seksama, yang paling berwenang memecahkan masalah adalah para spesialis dalam
disiplin ilmu bersangkutan, dengan persyaratan para spesialis itu selalu
mengikuti perkembangan ilmunya, dan tentunya harus memahami asas filosofis,
sosiologis, dan psikologis dalam mengambil keputusan.
Kemudian masalah selanjutnya
adalah tentang organisasi bahan yang juga tidak kalah pentingnya untuk
diperhatikan. Nasution (ibid, 35) mengemukakan bahwa ada bermacam cara dalam
mengorganisasikan bahan bagi keperluan pengajaran. Salah satu caranya adalah
dengan mengorganisasikan bahan berdasarkan: topik, tema, kronologi, konsep,
isu, logika, dan proses disiplin. Agar lebih jelas, dapat dilihat contoh
berikut:
Tabel 1.
Cara Pengorganisasian Bahan
Organisasi Bahan Berdasarkan
|
Contoh
|
|
a.
|
Topik*
|
Perang Kemerdekaan
|
b.
|
Tema
|
Sebab-sebab perang kemerdekaan
|
c.
|
Kronologi
|
Tahap-tahap perang kemerdekaan
|
d.
|
Konsep
|
”kemerdekaan”
|
e.
|
Isu
|
Pengaruh perang kemerdekaan terhadap watak bangsa
Indonesia
|
f.
|
Logika
|
Analisis peristiwa-peristiwa yang mendukung atau
menghambat tercapainya pengakuan de
jure atas kemerdekaan Indonesia
|
g.
|
Proses disiplin
|
Pandangan tentang perang kemerdekaan oleh ahli sejarah
Indonesia? Ahli sejarah Belanda? Amerika Serikat? Proses dan instrumen apakah
yang digunakan? Dan lain-lain.
|
* (biasanya digabungkan dengan salah satu
pendekatan lainnya atau dibagi dalam sejumlah sub topik)
Di samping pendekatan organisasi, bahan pelajaran yang dipilih dengan
serasi tersebut mempunyai tujuan dan sasaran kurikulum yang pada dasarnya
disusun: dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang konkret kepada
yang abstrak, dan dari ranah (domain)
kognitif, afektif, maupun psikomotor tingkat rendah kepada yang lebih tinggi,.
Sebagai konklusi dari uraian
asas organisatoris tersebut, ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan, yakni:
1.
Tujuan Bahan Pelajaran
Mengajarkan
ketrampilan untuk masa sekarang atau mengajarkan ketrampilan untuk keperluan
masa depan, untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah, untuk mengembangkan
nilai-nilai, untuk mengembangkan ciri ilmiah, untuk memupuk jiwa warga negara
yang baik, dan lain-lain.
2.
Sasaran Bahan Pelajaran
Siapakah
pelajar itu, apakah latar belakang pendidikan dan pengalamannya, sampai
dimanakah tingkat perkembangannya, bagaimanakah profil kepribadian dan
motivasinya, dan lain-lain.
3.
Pengorganisasian Bahan
Bagaimana
bahan pelajaran diorganisasi: apakah berdasarkan topik, konsep, kronologi, dan
lain-lain.
Pemahaman mengenai asas-asas
tersebut bagi para pengembang kurikulum sangat penting dalam menghasilkan suatu
kurikulum yang diharapkan. Karenanya, menurut Adiwakarta (1994:101), mereka (para
pengembang dan pelaksana kurikulum) perlu memerhatikan tiga kecendrungan,
yakni:
(1) kekinian dan kedisinian,
(2) kemasa-depanan, dan
(3) kepentingan satuan pendidikan. Pertanyaan yang memerlukan jawaban bagi
sistem pendidikan suatu bangsa adalah bagaimana mengembangkan dan melaksanakan
kurikulum agar kepentingan nasional, keadaan dan kebutuhan lingkungan, ciri
khas satuan pendidikan, serta kepentingan masa depan anak didik dan masyarakat
dapat dipenuhi.
Anda Akan dianggap hadir jika meningalkan komentar terhadap bacaaan di atas.
30 komentar:
Mustawa
"tapi masih ada juga pendidik yang tidak tau atau lupa terhadap dasar falsafah pendidikan, sehingga terkadang tidak tahu apa sebenarnya hakikat dari mendidik itu. bahkan masih ada juga yang belum menguasai metode dalam mengajar, akibatnya simurid tidak menguasai materi yang disampaikan".
T.ismahadi,jrs : TFS
" Sebagaimana kita ketahui bersama bahwasanya pendidikan itu adalah proses jalannya menuju pendewasaan ,namun oleh karena itu pendidikan sekarang ini tidak lah apa yang diharapkan oleh pemerintahan pada umumnya dan anak didik pada khususunya.
sudah seharusnya calon guru mengerti dan memahami pembahasan ini...
semoga para pembahaca atau calon pendidik bukan hanya sekedar dibaca, tapi dapat diamalkan ketika jadi pendidik..
Dengan adanya pemahaman dan penetapan yang benar tentang asas-asas perkembangan kurikulum maka dapat lebih memungkinkan suatu kurikulum yang ditetapkan akan mencapai kurikulum yang efektif dan efesien.
Dengan adanya filsafat pendidikan memang sangat membantu para pendidik dalam rangka mendidik para siswa. Sedikit tidaknya pendidik tau bahwasanya pendidikan itu harus merujuk pada kurikulum yang berlaku, sehingga peserta didik yang di desa tidak kalah saing dengan peserta didik yang ada di kota.
hal ini adalah landasan pertama yang harus diketahui dan dipahami oleh seorang calon pendidik...
Dengan adanya pemahaman dan penetapan yang benar tentang asas-asas perkembangan kurikulum maka dapat lebih memungkinkan suatu kurikulum yang ditetapkan akan mencapai kurikulum yang efektif dan efesien.
dalam hal ini segala aspek yang mengarah kepada pendidikan, diharapkan ikut berperan aktif untuk pengembangan kurikulum, mulai dari lingkungan, masyarakat, dan tim pendidik yang berkecimpungan didalamnya...
Dengan adanya kurikulum akan membantu atau memudahkan seorang guru dalam mendidik siswa agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
kurikulum bertujuan untuk menuntun seorang pendidik dalam mendidik...
Seorang guru harus mengerti bagaimana falsafah pendidikan, agar seorang guru bisa memikul tanggungjawab yang sudah seharusnya menjadi kewajibannya.
jelas bahwa pembentukan kurikulum adalah jalan utama dalam pencapaian pendidikan yang diharapkan, maka untuk membentuk kurikulum yang efektif diperlukan landasan yang mendasar, seperti landasan yang telah diuraikan diatas...
dengan adanya asas psikologi sangat membantu para pendidik dalam kelangsungan proses pembelajaran karena dengan pendidik memiliki dasar psikologi para pendidik dapat mengetahui sedikit banyaknya kemampuan dari peserta didik dan para pendidik tidak akan memaksa peserta didik dalam melakukan sesuatu yang peserta didiknya tidak dapat melaksanakannya dan dalam psikologi itu secara umum sangat membantu pendidik dalam mengetahui kepribadian ataupu sifat-sifat dari peserta didiknya sendiri.
dengan adanya asas psikologi sangat membantu para pendidik dalam kelangsungan proses pembelajaran karena dengan pendidik memiliki dasar psikologi para pendidik dapat mengetahui sedikit banyaknya kemampuan dari peserta didik dan para pendidik tidak akan memaksa peserta didik dalam melakukan sesuatu yang peserta didiknya tidak dapat melaksanakannya dan dalam psikologi itu secara umum sangat membantu pendidik dalam mengetahui kepribadian ataupu sifat-sifat dari peserta didiknya sendiri.
Salah satu dosen saya sempat berkata: "Bagaimana bisa indonesia mencapai sebuah pendidikan yang bagus, jika kurikulum yang satu belum bisa dimengerti oleh semua pendidik. Namun pemerintah langsung mengubah ke kurikulum yang lainnya". Untuk itu menurut saya, terlalu susah untuk menyatukan sebagian besar pemikiran masyarakat, jika kurikulum berubah tiap adanya pergantian Presiden.
atas dasar apa kurikulum selalu berganti? apakah kurikulum yang lalu tidak efektif,sehingga mengganti nya dengan kurikulum lain,bukankah pergantian kurikulum dalam waktu yang singkat dapat membuat siswanya sendiri kebingungan.
FATMAWATI
denang adanya kajian teks kurikulum tersebut, maka sangatlah membantu para peserta didik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dicita2 kan. dan dengan bergantinya kurikulum tersebut jga sangat membantu para peserta didik, karena para peserta didik tidak mungkin hanya belajar di satu kurkulm saja.
kenapa kurikulum diperlukan? karena kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggeraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu..
falsafah pendidikan sangat penting dalam membentuk karakteristik anak didik , dengan falsafah juga dapat membentuk tenaga pendidik yang profesional ,, namaun saat ini masih banyak dijumpai kepincangan-kepincangan..
siapa yang perlu disalahkan dalam hal ini ???
(Elisa Purwasih)
Untuk tercapainya tujuan kurikulum disini, pendidik bukan hanyan sekedar mengajar saja tap juga memahami kurikulum dan tujuannya, dan tiadak hanya itu pendidik juga harus mengetahui filsafah pendidikan itu sendidri dan menguasai teori-teori belajar supaya kondisi pembelajaran lebih efisien....
memang sudah kita ketahui bahwa dalam suatu lembaga pendidikan tentu saja memiliki suatu misi yang merupakan hasil dari suatu sistem pendidikan nasional,namun dalam setiap lembaga pendidikan sudahasti memiliki suatu ciri khas yang yang menjadi perbedaan dengan lembaga pendidikan lainnya.oleh karena itu dapat di simpulkan bahwa dalam mengambil keputusan mengenai kurikulum sangat d butuhkan bagi para pengembangan kurikulum agar dapat memahami asas asas yang berlaku dalam kurikulum,supaya dapat menghasilkan suatu kurikulum seperti yang di harapkan...
assalamualaikum
maaf pak,,,kalo bisa,,,logo IAIN nya di ganti dengan logo IAIN yang lain. soalnya,,,tu logo da salibnya pak.
atas perhatiannya,,,
terimakasih
wassalam
diatas telah banyak kita lihat komentar tentang kurikulum, apabila kita lihat semua komentar mengharapkan agar tujuan dari kurikulum dapat menghasilkan pendidikan yang lebih tertata lagi, namun pada dasarnya harapan ini akan terwujud apabila semua dari komponen diatas betul-betul dijalankan dan diterapakan dengan baik oleh lembaga yang berkecimpungan dalam pendidikan....
kalau menurut irma cha, masalah siapa yg hrus dislahkn jika terdapat kepincangan2,,
dalam hal ini kita harus melihat dari banyak sisi, dan dari hasil peninjauan kalau menurut kami, semua pihak harus introfeksi, tentg kpincngan yg terjadi skrg.. krn memng mash krangnya kerjasama dri pihak2 yg mmng shrusnya berkcimpung lbih dalam dlm hal proses belajar mengajar...
dalam hal ini memang sangat penting bagi calon2 pendidik utk memahami sepenuhnya tentang asas2 falsafah pendidikan, agar tercapainya suatu tujuan pendidikan yang sudah tertata dengan rapi, agar dapat dijalankan sesuai dengan UU pendidikan yang telah berlaku sehingga menghasilkan peserta didik yang kreatif, inovatif, spiritual dan berintelektual.
sudah sangat jelas, bahwa kurikulum sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan. walaupun kurikulum yang dibuat itu sangat bagus, jika tenaga pengajar atau pendidik itu lemah, maka kurikulum tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. jadi kualitas gurulah yang paling berpengaruh.
maaf bapak,, telat saya komen...
sebagaimana kita tahu bahwa pendidikan di aceh ini terutama di desa-desa sangatlah minim,,maka erapkan.sudah seharusnya para guru dan calon guru harus tau mengenai kurikulum-kurikulum yang telah diterapkan.
sudah seharusnya di dalam dunia pendidikan para guru untuk mengikuti dan menjalani kurikulum yang telah diterapkan.
Asas-asas kurikulum itu sangat penting untuk dipahami oleh semua orang,khususnya bagi calon pendidik, karena tanpa adanya pemahamanan tentang asas-asas kurikulum maka mustahil bagi seorang pendidik untuk ia bisa mendidik peserta didiknya secara efektif dan efisien sesuai dengan program pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Ninin Amelia Rifza
(251 020 674)
Posting Komentar